Categories:

Ringkasan Materi Inovasi Pembelajaran Sosiologi Devi Septiandini, S.Pd., M.Pd-Inovasi Pembelajaran Sosiologi dalam Kerangka Kurikulum Merdeka-Visiting Lecture Day 2.

Kurikulum Merdeka merupakan pengembangaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Kebijakan Kurikulum Merdeka lahir dari sejarah kelam yang terjadi pada tahun 2019 silam yaitu masalah sosial Covid-19. Salah satu dampak dari Covid-19 ini pada kebijakan sistem pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Budaya memberikan kebijakan pendidikan dengan diedarkannya surat edaran darurat mengenai Belajar dari Rumah (BDR).

Selama proses pembelajaran BDR ini teknologi menjadi kebutuhan primer dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), seperti penggunaan gadget untuk mengakses proses pembelajaran, baik dengan menggunakan aplikasi Zoom ataupun aplikasi penunjang lainnya. Keberadaan gadget dalam PBM menjadi culture shock bagi siswa dan guru, pasalnya ini merupakan hal yang baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan yaitu pada penurunan motivasi dan minat siswa dalam belajar, guru menjadi “stres” dan harus beradaptasi serta melakukan sebuah inovasi pembelajaran yang tepat.

Inovasi dalam pendidikan merupakan pembaharuan yang dapat memecahkan masalah dalam satuan pendidikan. Kurikulum Merdeka termasuk pada inovasi pendidikan. Kebijakan Merdeka Belajar memberikan kemerdekaan kepada setiap satuan pendidikan untuk melakukan inovasi. Merdeka Belajar hadir untuk menggali potensi yang ada pada guru, sekolah, peserta didik untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas secara mandiri.

Terdapat enam poin penting yang perlu diperlakukan guru sosiologi untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran diantaranya yaitu: (1) Menekankan pada pemecahan masalah (problem based learning). Dilakukan dengan menumbuhkan imajinasi sosiologi siswa. (2) Menyadari perlunya pembelajaran dalam berbagai konteks. Dapat dilakukan dengan memberikan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) dengan mengaitkan dua konsep atau lebih. (3) Mengajarkan siswa untuk memonitor dan mengarahkan pembelajaran secara mandiri sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri. (4) Mengajar sesuai dengan keragaman konteks kehidupan siswa. Dalam kurikulum merdeka ada pendekatan diferensiasi dan pembelajaran responsif culture, yaitu seorang guru harus memahami karakteristik siswa, budaya dari masing-masing peserta didik, sekolah mengajar guru, dapat berbaur serta harus menguasai teknologi dan kreatif. (5) Mendorong siswa untuk belajar secara interaktif dan kolaboratif menggunakan penilaian otentik (berdasarkan proses). (6) Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran. Hal ini penting dikuasai oleh guru agar dapat memberikan pengalaman pendidikan yang lebih baik, memenuhi kebutuhan siswa, dan mengikuti perkembangan zaman pendidikan yang semakin maju.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *