Membincangkan Revolusi Industri 4.0 tidak bisa dilepaskan dari kata kunci yang menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir, yaitu era disrupsi. Walaupun kata disrupsi jamak digunakan untuk menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan bidang ekonomi, namun pada faktanya efek yang ditimbulkan merambah banyak bidang yang berkaitan langsung dengan kepentingan publik. Khususnya dalam konteks ini adalah bidang pendidikan. Sebagai salah satu amanat Undang-Undang Dasar 45 seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…” dapat dipahami bahwa pendidikan adalah salah satu kunci utama dalam mewujudkan visi bangsa Indonesia.

Hal ini senada dengan apa yang menjadi fokus Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi setidaknya dalam dua tahun terakhir. Inovasi di bidang pendidikan menjadi tonggak dalam menghadapi laju Revolusi Industri 4.0, sehingga mampu melahirkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kualifikasi dalam era disrupsi. Sebagai lembaga tertinggi pemerintah yang membawahi segenap perguruan tinggi di Indonesia, maka universitas menjadi ujung tombak dalam mewujudkan sumber daya manusia yang mampu memenuhi kebutuhan zaman. Guna mewujudkan visi besar ini, tentu dibutuhkan kerjasama yang solid, mulai dari lingkup universitas, fakultas, jurusan, sampai pada program studi.


Maka, dalam lingkup yang lebih kecil Labor Sosiologi merupakan salah satu garda terdepan yang menyediakan ruang interaksi bagi mahasiswa. Hal ini sejalan dengan fungsi Labor Sosiologi sebagai salah satu aspek penting dalam penggerak roda aktvitas akademik. Praktik nyata yang telah dilakukan oleh Labor Sosiologi adalah menjadi ruang baca bagi para mahasiswa, khususnya menyediakan buku teks yang menunjang perkuliahan. Di samping itu, Labor Sosiologi bukan semata ruang dalam wujud fisik, tetapi menjadi sebuah melting pot bagi para mahasiswa, dimana substansi perkuliahan di dalam kelas dapat dibincangkan, didiskusikan, dibagikan, dan lebih jauh lagi dapat diolah menjadi produk-produk yang bermanfaat secara nyata bagi civitas akademika maupun masyarakat luas.

Setidaknya hingga saat ini, Labor Sosiologi telah menjadi support system bagi kegiatan Himpunan Mahasiswa (HIMA) Jurusan Sosiologi. Dalam perkembangan terbaru, Labor Sosiologi telah berupaya mewujudkan melting pot yang diharapkan mampu mendorong tumbuhnya iklim akademis dikalangan mahasiswa dengan menaungi dua kelompok belajar (Study Club) mahasiswa, yaitu Paradigma Study Club dan Reference Group. Kedua kelompok belajar ini secara rutin menggelar diskusi mingguan pada hari selasa dengan beragam topik diskusi yang relevan dengan isu-isu terkini.

Serangkaian praktik nyata yang telah dan sedang dilakukan oleh Labor Sosiologi terus dijalankan dengan segala sumber daya yang dimiliki saat ini. Tercatat lebih dari 1000 judul buku tersedia di Labor Sosiologi saat ini, mulai dari buku teks perkuliahan, buku bacaan populer, hingga majalah. Jumlah koleksi ini diakses oleh lebih dari 500 anggota Labor Sosiologi. Jumlah koleksi ini terus ditambah secara reguler dengan beragam cara, mulai dari penggunaan anggaran, donasi, hingga pengelolaan mandiri. Di samping itu, saat ini juga tersedia Smart TV 55 inch untuk menunjang kegiatan diskusi dan kemahasiswaan di Labor Sosiologi.

Ketersediaan ruang diskusi dan koleksi bacaan ini menjadi urgen, mengingat perguruan tinggi harus mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi 4 C (Critical thingking, Creativifity, Communication, dan Collaboration). Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi Labor Sosiologi saat ini, menjawab tantangan zaman yang terus dipacu oleh kemunculan-kemunculan teknologi terkini. Hal ini semata bertujuan agar jurang antara industri dengan pendidikan tidak terlalu lebar.

Oleh karena itu, dalam rangka merespon laju Revolusi Industri 4.0 yang sudah melesat jauh, tentu dengan tetap berpijak pada kondisi riil Labor Sosiologi saat ini, langkah awal yang diharapkan adalah berupaya untuk tetap relevan dengan geliat zaman. Jika generasi Millennials (Gen Y) digadang-gadang sebagai generasi emas 2045 disebut sebagai generasi yang melek teknologi mulai memasuki dunia kerja. Maka, yang menjadi mahasiswa saat ini adalah generasi Post-Millennials (Gen Z) yaitu mereka yang lahir tahun 1997 sampai saat ini. Mereka adalah generasi yang melekat-erat dengan teknologi dalam segala aspek kehidupannya, melebihi generasi sebelum mereka. Dengan segala kebaharuan dan perubahan yang nyata di depan mata, maka pendidikan dan segenap proses belajar mengajar tidak lagi dapat memunggungi perkembangan teknologi. Begitupun halnya dengan Labor Sosiologi, pilihan yang paling bijak adalah merespon laju revolusi industri 4.0.